ANALISIS
PUISI INDONESIA DENGAN DUNIA (LUAR)
2.
Perbandingan
3 puisi Indonesia dengan 3 puisi Dunia (Luar)
A. Perbandingan puisi “Karawang
Bekasi” dan “Layar Dilaut”
KARAWANG BEKASI
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara
Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak
"Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi
mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding
yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang
diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai
tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk
kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk
apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi
bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di
malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding
yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung
Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas
pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang
diliputi debu
Beribu kami terbaring antara
Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari
kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami
lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat
di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat
satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak & berlabuh
ANALISIS PUISI
KARAWANG BEKASI
Chairil Anwar
A. Unsur
Intrinsik
1. Tema
Dalam puisi Karawang Bekasi kita
dapat mengambil tema “Perjuangan”
2. Diksi
Diksi atau pilihan kata yang
digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi
3. Majas
Majar yang digunakan dalam puisi
Karawang Bekasi adalah Majas Metafora, adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
“Aku sekarang api aku sekarang
laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai
sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.Mempunyai sifat-sifat
seperti laut yang selalu bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan menampung
semua sungai yang mengalir kearahnya.Artinya tempat menampung semua pendapat
dari semua lapisan rakyatnya.Atau selalu bergerak dan bergelombang,artinya
selalu bersemangat bak laut yang bergelombang”
Majas yang kedua adalah Majas Personifikasi, kutipannya adalah
“Kami sekarang mayat”, disini
terlihat makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat
birbicara,tetapi oleh Sang Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti
manusia hidup.
Selain itu juga menggunakan Majas Alegori
“dipanggang diatas apimu, digarami
lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat
di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat
satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita
bertolak & berlabuh”
Kiasan yang digunakan diatas adalah
seperti api dan laut dan senantiasa berjalan beriringan dengan Sang Pemimpinnya
menjadi satu urat dan satu zat,sesuatu yang tak terpisahkan sehingga
menggunakan kendaraan kapal-kapal untuk sampai pada tujuan yang sama.
4. Rima
Adapun Rima yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a.
Pada
bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
b. Pada bait kedua terdapat rima aliterasi
dan bersajak {ab-aa},dan ada perulangan kata “Kami”
c. Pada bait ke tiga terdapat rima
terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.
d. Pada bait ke empat terdapat rima
tertutup dan bersajak {bab}.
e. Pada bait ke lima terdapat rima
sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
f. Pada bait ke enam terdapat rima
rangkai bersajak {aaaa}
g. Pada bait ke tujuh terdapat rima
berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.
5. Amanat
Amanat yang kita bisa ambil dari
puisi Karawang Bekasi adalah
a.
Kita
harus menghargai perjuangan para pahlawan
b.
Kita
harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
c. Semangat perjuangan harus selalu
mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.
B. Unsur
Ekstrinsik
- Nilai historis: Kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan.
- Nilai psikologi: Sikap berani dan pantang menyerah akan membawa keberhasilan.
- Nilai politik: Pemerintah dan rakyat harus bekerjasama untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh suatu negara.
LAYAR DI LAUT
Karya Mikhail Yuryawitj Lermontow
Putih layar itu dan sepi
Pada biru abadi berkabut;
Lari dari apa di pangkalan sendiri?
Apa dicari dalam yang baru?
Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.
Di bawahnya: arus, gelombang lazwardi,
Di atasnya: dada cemas mentari.
Tapi ia, pemberontak - mengajak badai
Seakan ada damai di dalam badai.
Putih layar itu dan sepi
Pada biru abadi berkabut;
Lari dari apa di pangkalan sendiri?
Apa dicari dalam yang baru?
Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.
Di bawahnya: arus, gelombang lazwardi,
Di atasnya: dada cemas mentari.
Tapi ia, pemberontak - mengajak badai
Seakan ada damai di dalam badai.
ANALISIS PUISI
LAYAR DI LAUT
Karya Mikhail Yuryawitj Lermontow
A.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Dalam puisi Karawang Bekasi kita
dapat mengambil tema “Perjuangan Pelaut”
- Diksi
Diksi atau pilihan kata yang
digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi, selain
itu pilihan katanya sudah sesuai.
- Majas
Majar yang digunakan dalam puisi Karawang
Bekasi adalah Majas Personifikasi adapun
kutipan dalam puisi tersebut adalah
Ombak-ombak
menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.
- Amanat
Amanat yang kita bisa ambil dari
puisi Karawang Bekasi adalah
a.
Kita
harus selalu berjuang menghadapi apa yang menjadi cobaan
b.
Kita
harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
c. Semangat perjuangan harus selalu
mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.
PERBANDINGAN
NO
|
KARAWANG BEKASI
|
LAYAR DI LAUT
|
1
|
TEMA
Dari
kedua puisi tersebut tema yang diangkat oleh penyair hampir sama
|
|
Dalam puisi Karawang Bekasi kita
dapat mengambil tema “Perjuangan”
|
Dalam puisi Karawang Bekasi kita
dapat mengambil tema “Perjuangan
Pelaut”
|
|
2
|
DIKSI
Untuk diksi atau pilihan kata
dalam puisi keduanya sama karena menurut saya bahwa kedua puisi tersebut
diksi atau pilihan katanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penyair.
|
|
Diksi atau pilihan kata yang
digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi
|
Diksi atau pilihan kata yang
digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi
|
|
3
|
MAJAS
Dalam Puisi Karawang Bekasi
menggunakan 3 Majas yaitu Majas Metafora, Majas Personifikasi dan Majas
Alegori, untuk perbadingannya puisi Layar dilaut majas yang digunakan Cuma
satu yaitu majas Personifikasi.
|
|
1. Majar yang digunakan dalam puisi
Karawang Bekasi adalah Majas Metafora, adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
“Aku sekarang api aku sekarang
laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai
sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.Mempunyai sifat-sifat
seperti laut yang selalu bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan
menampung semua sungai yang
mengalir
kearahnya.Artinya tempat menampung
semua pendapat dari semua lapisan rakyatnya.Atau selalu bergerak dan
bergelombang,artinya selalu bersemangat bak laut yang bergelombang”
2. Majas yang kedua adalah Majas Personifikasi, kutipannya adalah
“Kami sekarang mayat”, disini
terlihat makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat
birbicara,tetapi oleh Sang Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti
manusia hidup.
3. Selain itu juga menggunakan Majas
Alegori
“dipanggang diatas apimu, digarami
lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada
rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat
satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita
berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal
kita bertolak & berlabuh”
Kiasan yang digunakan diatas
adalah seperti api dan laut dan senantiasa berjalan beriringan dengan Sang
Pemimpinnya menjadi satu urat dan satu zat,sesuatu yang tak terpisahkan
sehingga menggunakan kendaraan kapal-kapal untuk sampai pada tujuan yang
sama.
|
Majar yang digunakan dalam puisi
Karawang Bekasi adalah Majas Personifikasi adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
“Ombak-ombak
menggila dan angin melulung
Dan
tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial Pun bukan memburu kemujuran” |
|
4
|
RIMA
|
|
Untuk rima yang digunakan dalam
drama karawang bekasi adalah
a. Pada bait pertama terdapat rima
sempurna dan bersajak {aaaa}
b. Pada bait kedua terdapat rima
aliterasi dan bersajak {ab-aa},dan ada perulangan kata “Kami”
c. Pada bait ke tiga terdapat rima
terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.
d. Pada bait ke empat terdapat rima
tertutup dan bersajak {bab}.
e. Pada bait ke lima terdapat rima
sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
f. Pada bait ke enam terdapat rima
rangkai bersajak {aaaa}
g. Pada bait ke tujuh terdapat rima
berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.
|
Untuk puisi ini saya tidak
menemukan rima apa yang digunakan oleh penyair dalam puisinya.
|
|
5
|
AMANAT
|
|
Amanat yang kita bisa ambil dari
puisi Karawang Bekasi adalah
|
Amanat yang kita bisa ambil dari
puisi Karawang Bekasi adalah
|
B. Perbandingan puisi “Karangan
Bunga” dan “Semalam Disuatu Kampung”
KARANGAN
BUNGA
Tiga
anak kecil
Dalam
langkah malu-malu
Datang
ke salembah
Sore
itu
Ini
dari kami bertiga
Pita
hitam dari karangan bunga
Sebab
kami ikut berduka
Bagi
kaka yang ditembak mati
Siang tadi
ANALISIS
PUISI
KARANGAN
BUNGA
1. UNSUR
INTRINSIK
- Tema
Tema
yang terdapat dalam puisi Karangan Bungan adalah Kepahlawanan
- Rima
Untuk
rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)
- Diksi
Mempunyai
kata denotasi (lugas) mudah dipahami.
- Citraan
Pada
bait pertama citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salembah
Sore itu
- Majas / Gaya Bahasa
Simbolik,
adapun kutipan dalam puisi karangan bunga adalah sebagai berikut :
“ini
dari kami bertiga”
“pita
hitam dari karangan bunga”
2. ANALISIS
EKSTRINSIK
- Latar Belakang
Penyair
memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang perjuangan-perjuangan
kita yang relah berkorban mempertahankan negara kita.
- Amanat/ Pesan
Hendaklah
kita selalu mengingat atau mengenang atas jasa pahlawan yang relah berkorban
untuk negara.
- Tujuan
Untuk
mengingatkan kita kembali atau mengulang para pahlawan yang telah gugur.
- Bentuk
Puisi
di atas terdiri dari dua bait. Bait pertama terdiri dari empat larik dan bait
kedua terdiri dari lima larik dan puisinya merupakan.kisah tentang perjuangan
warga negara sampai akhirnya meninggal demi memperjuangkan haknya
SEMALAM DI SUATU KAMPUNG
Hawa kesak, asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala.
Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.
Berpara asap setiap sudut gubuk,
Roti dan air, apak.
Tukang tenun batuk-batuk, kanak-kanak bertangisan-
Larat dan sengsara semata.
Kerja seumur hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu kekuburan si miskin.
Akh sia-sia menuntut ajaran ini:
“Yakinlah jiwaku, beranilah!”
Hawa kesak, asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala.
Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.
Berpara asap setiap sudut gubuk,
Roti dan air, apak.
Tukang tenun batuk-batuk, kanak-kanak bertangisan-
Larat dan sengsara semata.
Kerja seumur hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu kekuburan si miskin.
Akh sia-sia menuntut ajaran ini:
“Yakinlah jiwaku, beranilah!”
ANALISIS
PUISI
SEMALAM
DISUATU KAMPUNG
1. UNSUR
INTRINSIK
- Tema
Tema
yang terdapat dalam puisi Semalam Disuatu Kampung adalah “Pekerjaan”
- Rima
Untuk
rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)
- Diksi
Mempunyai
kata denotasi (lugas) dan konotasi (tidak lugas) tetapi mudah dipahami.
- Citraan
Pada
bait ketiga dan keempat citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
Tukang tenun
batuk-batuk, kanak-kanak bertangisan-
Larat dan
sengsara semata.
Kerja seumur
hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu
kekuburan si miskin.
- Majas / Gaya Bahasa
Simbolik,
adapun kutipan dalam puisi semalam disuatu kampung adalah sebagai berikut :
Hawa kesak,
asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala.
Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.
Kotoran meliput segala.
Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.
2. ANALISIS
EKSTRINSIK
- Latar Belakang
Penyair
memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang berbagai pekerjaan
manusia yang relah berkorban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Amanat/ Pesan
Hendaklah
kita selalu bekerja keras dan mengetahui seberapa berat kita untuk mencari
sesuap nasi, untuk mengambung hidup setiap hari. Selain itu kita tidak bisa
mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa bekerja.
- Bentuk
Puisi
di atas terdiri dari dua bait, masing – masing terdiri 2 baris saja.
PERBANDINGAN
Adapun
perbandingan antara puisi Karangan Bunga dengan Semalam Disuatu Kampung
No
|
Karangan Bunga
|
Semalam Disuatu Kampung
|
|
1
|
Tema
Untuk tema
dari kedua puisi tersebut sangat berbeda
|
||
Tema yang terdapat dalam puisi
Karangan Bungan adalah Kepahlawanan
|
Tema
yang terdapat dalam puisi Semalam Disuatu Kampung adalah “Pekerjaan”
|
||
2
|
Rima
|
|
|
Untuk rima yang digunakan adalah Bebas
(tidak beraturan)
|
Untuk
rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)
|
||
3
|
Diksi
Dalam
puisi keduanya untuk diksi yang digunakan sudah sesuai dengan ejaan. Tetapi
perbedaannya untuk Puisi karangan bungan cuma menggunakan makna denotasi
saja, sedangkan Puisi semalam disuatu kampong menggunakan dua makna denotasi
dan makna konotasi.
|
||
Mempunyai
kata denotasi (lugas) mudah dipahami.
|
Mempunyai
kata denotasi (lugas) dan konotasi (tidak lugas) tetapi mudah dipahami
|
||
4
|
Citraan
Dalam
citraan antara puisi keduanya hampir sama
|
||
Pada
bait pertama citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
“Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salembah
Sore itu”
|
Pada
bait ketiga dan keempat citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
“Tukang
tenun batuk-batuk
kanak-kanak
bertangisan-
Larat dan
sengsara semata.
Kerja
seumur hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu
kekuburan si miskin”
|
||
5
|
Majas
/ Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam kedua
puisi diatas hampir sama, maka kami menggunakan majas atau gaya bahasa
simbolik.
|
||
Simbolik,
adapun kutipan dalam puisi karangan bunga adalah sebagai berikut :
“ini
dari kami bertiga”
“pita
hitam dari karangan bunga”
|
Simbolik,
adapun kutipan dalam puisi semalam disuatu kampung adalah sebagai berikut :
Hawa
kesak, asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala. Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa Penghias dinding. |
||
6
|
Latar Belakang
Untuk
latar belakang yang dapat kami ambil dari kedua drama tersebut jelas berbeda
|
||
Penyair
memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang perjuangan-perjuangan
kita yang relah berkorban mempertahankan negara kita.
|
Penyair
memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang berbagai pekerjaan
manusia yang relah berkorban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
|
||
7
|
Amanat atau Pesan
|
|
|
|
Hendaklah
kita selalu mengingat atau mengenang atas jasa pahlawan yang relah berkorban
untuk negara.
|
Hendaklah
kita selalu bekerja keras dan mengetahui seberapa berat kita untuk mencari
sesuap nasi, untuk mengambung hidup setiap hari. Selain itu kita tidak bisa
mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa bekerja.
|
|
8
|
Tujuan
Untuk
mengingatkan kita kembali atau mengulang para pahlawan yang telah gugur. Dan
mengenang seberapa berat orang tua kita untuk mencari sesuap nasi dan
seberapa beratnya dia membanting tulangnya untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari
|
||
7
|
Bentuk
|
||
|
Puisi di atas terdiri dari dua bait. Bait pertama
terdiri dari empat larik dan bait kedua terdiri dari lima larik dan puisinya
merupakan.kisah tentang perjuangan warga negara sampai akhirnya meninggal
demi memperjuangkan haknya
|
Puisi di atas terdiri dari dua bait, masing –
masing terdiri 2 baris saja.
|
|
DERAI-DERAI CEMARA
Karya Chairil Anwar
Karya Chairil Anwar
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda-nunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta dan sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda-nunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta dan sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
ANALISIS
DERAI-DERAI CEMARA
Analisis aspek monolog
dan tipografik, subjek lirik dan stilisasi diri, sintatik logik dan semantic
ritmik, dan pengungkapan tak langsung dalam puisi Derai-derai cemara.
- Monolog dan Tipografik
-
Monolog
Yaitu,
berbicara dan dimana hanya ada seorang yang berbicara, dan secara keseluruhan
dari puisi ini adalah monolog, karena si penyair seperti berbicara sendiri
didalam puisi ini. Dan membaca puisi juga termasuk monolog.
-
Tipografik
Sajak
ini terdiri dari 3 bait, setiap baitnya terdiri dari 4 larik. Ketiga bait ini
memilki tipografi dengan 4 larik setiap baitnya. Pengutaraan sajak ini pun
tampak tertib dan tenang: masing-masing bait sepenuhnya menggunakan rima
a-b-a-b. Dari gambaran di atas, tampak jelas bahwa dari bait I sampai bait III
hadir dengan tipografi lurus dan struktur yang teratur dengan pola rima
a-b-a-b, tetapi tidak sama dengan pantun. Tidak ada sampiran, semua larik
digunakan oleh penyair sebagai sarana pengantar kepuitisan. Kata dalam sajak
ini kebanyakan diisi dengan simbol, citraan, gaya bahasa, dan sarana puitis.
Sarana puitik inilah yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan hidupnya
yang semakin lemah.
- Subjek lirik dan stilisasi diri
-
Subjek lirik
yaitu
pada larik 6 “sudah beberapa waktu bukan kanak lagi”. Pada otak kita akan
terbayang seorang anak-anak dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi,
keseluruhan, bukanlah anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang
dengan kata-kata pendukungnya, menunjukkan sikap kedewasaan. Ada hal-hal yang
tak dapat dipecahkan atau diketahui, hingga ditunjukkannya dalam larik 8 “yang
bukan dasar perhitungan kini”.
-
Stilisasi diri
Stilisasi
diri adalah jarak atau hubungan antara lirik dengan penyairnya,
yaitu meyatakan telah membentuk suasana kedalaman dan kematangan dari kehidupan si penyair. Semuanya mengarah pada sebuah kepasrahan pada kehendak pencipta-Nya; kematian., Pandangan secara keseluruhan bait dapat disimpulkan bahwa penyair hadir sebagai Aku lirik dalam puisi ini.
yaitu meyatakan telah membentuk suasana kedalaman dan kematangan dari kehidupan si penyair. Semuanya mengarah pada sebuah kepasrahan pada kehendak pencipta-Nya; kematian., Pandangan secara keseluruhan bait dapat disimpulkan bahwa penyair hadir sebagai Aku lirik dalam puisi ini.
- Sintatik logik dan semantic ritmik
-
Sintatik logic
Yaitu,
kalimat yang logis dan memiliki struktur kalimat :
“Aku
sekarang orangnya bisa tahan” Dalam bait tersebut tampak logis dan juga
terdapat struktur kalimat, dengan membaca bait tersebut seseorang sudah bisa
memaknai sendiri, apa yang terkandung dalam bait tersebut.
-
Semantik ritmik
Yaitu
makna bunyi pada puisi. Dan makna bunyi yang ada pada puisi Derai-derai cemara
adalah:
Cemara
menderai sampai jauh
Terasa
hari akan jadi malam
Ada
beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul
angin yang terpendam
Dalam
bait tersebut terjadi pegulangan bunyi u dan a, yaitu kesimpulan yang
diutarakan dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan
dalam diri manusia yang memisahkannya dari masa lampau. Proses itu begitu
cepat, sehingga ada yang tidak diucapkan, sesuatu yang tentunya menganjal di
tenggorokan, sebelum pada akhirnya kita akan menyerah.
- Pengungkapan tak langsung
Ungkapan
dalam puisi yang berbeda dengan makna sebenarnya :
“Cemara menderai sampai jauh”, “dipukul angin yang terpendam”, seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan, yaitu metafora dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan. misalnya malam yang biasanya diidentikkan dengan kesunyian, disangkal dengan suara-suara seperti, menderai dan dipukul.
“Cemara menderai sampai jauh”, “dipukul angin yang terpendam”, seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan, yaitu metafora dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan. misalnya malam yang biasanya diidentikkan dengan kesunyian, disangkal dengan suara-suara seperti, menderai dan dipukul.
Analisis dengan pendekatan Strata Norma
Roman Ingarden
- Lapis bunyi
Lapis
bunyi adalah semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi bahasa tertentu
(bahasa Indonesia),hanya saja dalam puisi Derai-derai cemara ini ditunjukan
pada bunyi-bunyi yang bersifat khusus. misalnya pada bait:
Aku
sekarang orangnya bisa tahan
Sudah
beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi
dulu memang ada suatu bahan
Yang
bukan dasar perhitungan kini
Dalam
bait ini terdapat asonasi a dan i.karena pada umumnya dalam sajak itu
bunyi-bunyi yang dominan adalah vocal suara a,I dan ,seperti pada bait tersebut
yang difungsikan oleh penyair untuk menyatakan ketidakmampuan dia menghadapi
kenyataan yang akan datang. Diksi tersebut sangat kental dengan aroma kematian
dan kepasrahan. Karena, semula Chairil A. yang selalu menggunakan kata-kata
yang bersemangat pada puisi-puisi sebelumnya, kini mulai menyadari akan arti
hidup dan penyakitnya Tema pada puisi ini adalah kesadaran akan perjalanan
hidup yang selalu akan berakhir dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang
bernyawa pasti akan mati.
- Lapis arti
Bait
pertama
Cemara
menderai sampai jauh
Terasa
hari akan jadi malam
Ada
beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul
angin yang terpendam
Yang
artinya adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan
tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Bait
kedua
Aku
sekarang orangnya bisa tahan
Sudah
beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi
dulu memang ada suatu bahan
Yang
bukan dasar perhitungan kini
Yang
artinya dengan skemata yang ada pada otak kita akan terbayang seorang anak-anak
dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi, secara keseluruhan bait 2,
bukanlah anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang dengan
kata-kata pendukungnya, menunjukkan sikap kedewasaan “Aku” lirik
Bait
ketiga
Hidup
hanya menunda-nunda kekalahan
Tambah
terasing dari cinta dan sekolah rendah
Dan
tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum
pada akhirnya kita menyerah
Pada
bait ini terasa kental sekali “aroma kematian” dan kepasrahan dari si Aku
lirik. Isi dalam puisi ini, sangat patut kita renungkan sebagai nasihat dan
pepatah hidup kita. Seperti, kata-kata hidup hanya menunda kekalahan telah
menjadi semacam pepatah dan terasa tidak asing di telinga kita. Kiasan
kekalahan sangat menarik untuk diperhitakan; padahal yang kita kenal selama ini
adalah hidup hanya menunda kemenangan. Kekalahan adalah simbol dari kepasrahan
dan sangat kental dengan aroma kematian
- Lapis objek
Objek
objek yang ada dalam puisi ini adalah : aku, pohon cemara, angin, dahan, cinta,
dan sekolah.
Pelaku
atau tokoh : aku
Latar
waktu : malam hari
Latar
tempat : rumah
“Hidup
hanya menunda kekalahan….” semacam kesimpulan yang diutarakan dengan sikap
mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya
dari masa lampau
- Lapis dunia
Bait
pertma kalau dikaitkan dengan larik-larik sebelumnya, seolah-olah mencitrakan
sebuah kehidupan si Aku yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan,
yaitu bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik
malam akan mengimajinasikan pada kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan
akhir dari sebuah kehidupan; telah dimanfaatkan si penyair untuk sebuah proses
kematangan
Bait
kedua dan ketiga Kata 'teraslng' mengandung rasa terpenoil, menunjukkan rasa
keterasingan; sedangkan kata 'jauh' menunjukkan jarak yaitu angan-angan masa
kanak-kanak yang cemerlang penuh harapan di masa yang akan datang, tetapi
kenyataannya hidup ini penuh penderitaan. Sehingga kata jauh lebih tepat
daripada kata terasing.
Demikianlah,
diksi/pilihan kata sungguh dicermati pengarang untuk menghasilkan kata berjiwa.
Maka analisis terhadap pilihan kata pengarang akan sangat membantu pemahaman
sebuah puisi.
- LAPIS METAFISIS
Pada
puisi ini adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan
tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
ODE ATAS KEMATIAN PUSJKIN
“Ayoh kamu, turunan yang angkuh dan tidak bermalu
Kaulumuri nama baik bapak-bapakmu,
Kamu, yang terdampar kemari tidak punya apa-apa
Selain kepingan nama yang agung diselamatkan
kesempatan
Kamu, khalayak lapar yang berkerumun sekitar mahkota
Algojo kemerdekaan, orang ulung, dan kemegahan
Kamu bersembunyi di balik lindungan undang-undang
Di depan kamu, hukum dan keadilan diharuskan bisu!
Tetapi wahai lintah darat, bagimu menanti kadar Tuhan
Suatu putusan yang menyeramkan
Tidakkah dapat ia kaucapai dengan emas berderingan
Yang tahu segala muslihatmu sebelumnya, bahkan juga
segala perbuatan
Dan sia-sialah kamu memanggil saksi mati
Yang haram yang menolongmu lagi;
Juga tidak dengan segala noda darahmu yang membeku
Kamu akan menghapus darah – pujangga yang suci.”
ANALISIS PUISI
ODE ATAS KEMATIAN PUSJKIN
Karya Mikhail Yuryawitj Lermontow
A.
Unsur Intrinsik
- Tema
Dalam puisi Ode Atas Kematian
Pusjkin kita dapat mengambil tema “Hukum
rakyat kecil yang tidak bersalah”
- Diksi
Diksi atau pilihan kata yang
digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi, selain
itu pilihan katanya sudah sesuai.
- Majas
Majar yang digunakan dalam puisi Ode
Atas Kematian Pusjkin adalah Majas Personifikasi adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
Algojo
kemerdekaan, orang ulung, dan kemegahan
Kamu
bersembunyi di balik lindungan undang-undang
Di depan
kamu, hukum dan keadilan diharuskan bisu!
Tetapi wahai
lintah darat, bagimu menanti kadar Tuhan
- Amanat
Amanat yang kita bisa ambil dari
puisi Karawang Bekasi adalah
a.
Kita
harus selalu berjuang menghadapi apa yang menjadi cobaan
b.
Kita
harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
c.
Semangat
perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap
kecil.
what appp
BalasHapus