Minggu, 15 April 2012

ANALISIS PUISI INDO DAN DUNIA


ANALISIS
PUISI INDONESIA DENGAN DUNIA (LUAR)
2.      Perbandingan 3 puisi Indonesia dengan 3 puisi Dunia (Luar)
A.    Perbandingan puisi “Karawang Bekasi” dan “Layar Dilaut”

KARAWANG BEKASI
Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh























ANALISIS PUISI
KARAWANG BEKASI
Chairil Anwar
A.    Unsur Intrinsik
1.      Tema
Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema  “Perjuangan”
2.      Diksi
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi

3.      Majas
Majar yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi  adalah Majas Metafora,  adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
“Aku sekarang api aku sekarang laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.Mempunyai sifat-sifat seperti laut yang selalu bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan menampung semua sungai yang mengalir kearahnya.Artinya tempat menampung semua pendapat dari semua lapisan rakyatnya.Atau selalu bergerak dan bergelombang,artinya selalu bersemangat bak laut yang bergelombang”

Majas yang kedua adalah Majas Personifikasi, kutipannya adalah
“Kami sekarang mayat”, disini terlihat makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat birbicara,tetapi oleh Sang Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti manusia hidup.

Selain itu juga menggunakan Majas Alegori
“dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh”

Kiasan yang digunakan diatas adalah seperti api dan laut dan senantiasa berjalan beriringan dengan Sang Pemimpinnya menjadi satu urat dan satu zat,sesuatu yang tak terpisahkan sehingga menggunakan kendaraan kapal-kapal untuk sampai pada tujuan yang sama.
4.      Rima
Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
b.      Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa},dan ada perulangan kata “Kami”
c.       Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.
d.      Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.
e.       Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
f.       Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}
g.      Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.

5.      Amanat
Amanat yang kita bisa ambil dari puisi Karawang Bekasi adalah
a.       Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan
b.      Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
c.       Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.

B.     Unsur Ekstrinsik
  1. Nilai historis: Kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan.
  2.  Nilai psikologi: Sikap berani dan pantang menyerah akan membawa keberhasilan.
  3. Nilai politik: Pemerintah dan rakyat harus bekerjasama untuk meraih tujuan yang diinginkan oleh suatu negara.






LAYAR DI LAUT
Karya Mikhail Yuryawitj Lermontow

Putih layar itu dan sepi
Pada biru abadi berkabut;
Lari dari apa di pangkalan sendiri?
Apa dicari dalam yang baru?

Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.

Di bawahnya: arus, gelombang lazwardi,
Di atasnya: dada cemas mentari.
Tapi ia, pemberontak - mengajak badai
Seakan ada damai di dalam badai.

















ANALISIS PUISI
LAYAR DI LAUT
Karya Mikhail Yuryawitj Lermontow
A.    Unsur Intrinsik
1.       Tema
Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema  “Perjuangan Pelaut”

  1. Diksi
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi, selain itu pilihan katanya sudah sesuai.

  1. Majas
Majar yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi  adalah Majas Personifikasi  adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran.

  1. Amanat
Amanat yang kita bisa ambil dari puisi Karawang Bekasi adalah
a.       Kita harus selalu berjuang menghadapi apa yang menjadi cobaan
b.      Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
c.       Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.









PERBANDINGAN
NO
KARAWANG BEKASI
LAYAR DI LAUT
1
TEMA
Dari kedua puisi tersebut tema yang diangkat oleh penyair hampir sama
Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema  “Perjuangan”

Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema  “Perjuangan Pelaut”
2
DIKSI
Untuk diksi atau pilihan kata dalam puisi keduanya sama karena menurut saya bahwa kedua puisi tersebut diksi atau pilihan katanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penyair.
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi

Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi

3
MAJAS
Dalam Puisi Karawang Bekasi menggunakan 3 Majas yaitu Majas Metafora, Majas Personifikasi dan Majas Alegori, untuk perbadingannya puisi Layar dilaut majas yang digunakan Cuma satu yaitu majas Personifikasi.
1.      Majar yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi  adalah Majas Metafora,  adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
“Aku sekarang api aku sekarang laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.Mempunyai sifat-sifat seperti laut yang selalu bergelombang,luas,tempat bermuaranya dan
menampung semua sungai yang mengalir
kearahnya.Artinya tempat menampung semua pendapat dari semua lapisan rakyatnya.Atau selalu bergerak dan bergelombang,artinya selalu bersemangat bak laut yang bergelombang”

2.      Majas yang kedua adalah Majas Personifikasi, kutipannya adalah
“Kami sekarang mayat”, disini terlihat makna seakan-akan mayat yang secara sifatnya tidak dapat birbicara,tetapi oleh Sang Penyair “Mayat” tersebut dapat berbicara seperti manusia hidup.

3.      Selain itu juga menggunakan Majas Alegori
“dipanggang diatas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh”
Kiasan yang digunakan diatas adalah seperti api dan laut dan senantiasa berjalan beriringan dengan Sang Pemimpinnya menjadi satu urat dan satu zat,sesuatu yang tak terpisahkan sehingga menggunakan kendaraan kapal-kapal untuk sampai pada tujuan yang sama.

Majar yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi  adalah Majas Personifikasi  adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
“Ombak-ombak menggila dan angin melulung
Dan tiang-tiang gemeretakan.
Sayang! Ia bukan m’luputi sial
Pun bukan memburu kemujuran”

4
RIMA
Untuk rima yang digunakan dalam drama karawang bekasi adalah
a.       Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
b.      Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa},dan ada perulangan kata “Kami”
c.       Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.
d.      Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.
e.       Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
f.       Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}
g.      Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.

Untuk puisi ini saya tidak menemukan rima apa yang digunakan oleh penyair dalam puisinya.
5
AMANAT
Amanat yang kita bisa ambil dari puisi Karawang Bekasi adalah
  1. Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan
  2. Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
  3. Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.

Amanat yang kita bisa ambil dari puisi Karawang Bekasi adalah
  1. Kita harus selalu berjuang menghadapi apa yang menjadi cobaan
  2. Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
  3. Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.









B.     Perbandingan puisi “Karangan Bunga” dan “Semalam Disuatu Kampung”

KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salembah
Sore itu
Ini dari kami bertiga
Pita hitam dari karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kaka yang ditembak mati
Siang tadi














ANALISIS PUISI
KARANGAN BUNGA
1.      UNSUR INTRINSIK
  1. Tema
Tema yang terdapat dalam puisi Karangan Bungan adalah Kepahlawanan
  1. Rima
Untuk rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)
  1. Diksi
Mempunyai kata denotasi (lugas) mudah dipahami.
  1. Citraan
Pada bait pertama citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salembah
Sore itu
  1. Majas / Gaya Bahasa
Simbolik, adapun kutipan dalam puisi karangan bunga adalah sebagai berikut :
“ini dari kami bertiga”
“pita hitam dari karangan bunga”
2.      ANALISIS EKSTRINSIK
  1. Latar Belakang
Penyair memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang perjuangan-perjuangan kita yang relah berkorban mempertahankan negara kita.
  1. Amanat/ Pesan
Hendaklah kita selalu mengingat atau mengenang atas jasa pahlawan yang relah berkorban untuk negara.
  1. Tujuan
Untuk mengingatkan kita kembali atau mengulang para pahlawan yang telah gugur.
  1. Bentuk
Puisi di atas terdiri dari dua bait. Bait pertama terdiri dari empat larik dan bait kedua terdiri dari lima larik dan puisinya merupakan.kisah tentang perjuangan warga negara sampai akhirnya meninggal demi memperjuangkan haknya


SEMALAM DI SUATU KAMPUNG

Hawa kesak, asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala.

Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.

Berpara asap setiap sudut gubuk,
Roti dan air, apak.

Tukang tenun batuk-batuk, kanak-kanak bertangisan-
Larat dan sengsara semata.

Kerja seumur hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu kekuburan si miskin.

Akh sia-sia menuntut ajaran ini:
“Yakinlah jiwaku, beranilah!”



















ANALISIS PUISI
SEMALAM DISUATU KAMPUNG
1.      UNSUR INTRINSIK
  1. Tema
Tema yang terdapat dalam puisi Semalam Disuatu Kampung adalah “Pekerjaan”
  1. Rima
Untuk rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)
  1. Diksi
Mempunyai kata denotasi (lugas) dan konotasi (tidak lugas) tetapi mudah dipahami.
  1. Citraan
Pada bait ketiga dan keempat citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
Tukang tenun batuk-batuk, kanak-kanak bertangisan-
Larat dan sengsara semata.
Kerja seumur hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu kekuburan si miskin.
  1. Majas / Gaya Bahasa
Simbolik, adapun kutipan dalam puisi semalam disuatu kampung adalah sebagai berikut :
Hawa kesak, asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala.

Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.
2.      ANALISIS EKSTRINSIK
  1. Latar Belakang
Penyair memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang berbagai pekerjaan manusia yang relah berkorban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
  1. Amanat/ Pesan
Hendaklah kita selalu bekerja keras dan mengetahui seberapa berat kita untuk mencari sesuap nasi, untuk mengambung hidup setiap hari. Selain itu kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa bekerja.
  1. Bentuk
Puisi di atas terdiri dari dua bait, masing – masing terdiri 2 baris saja.
PERBANDINGAN
Adapun perbandingan antara puisi Karangan Bunga dengan Semalam Disuatu Kampung

No
Karangan Bunga
Semalam Disuatu Kampung
1
Tema
Untuk tema dari kedua puisi tersebut sangat berbeda
Tema yang terdapat dalam puisi Karangan Bungan adalah Kepahlawanan
Tema yang terdapat dalam puisi Semalam Disuatu Kampung adalah “Pekerjaan”
2
Rima

Untuk rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)
Untuk rima yang digunakan adalah Bebas (tidak beraturan)

3
Diksi
Dalam puisi keduanya untuk diksi yang digunakan sudah sesuai dengan ejaan. Tetapi perbedaannya untuk Puisi karangan bungan cuma menggunakan makna denotasi saja, sedangkan Puisi semalam disuatu kampong menggunakan dua makna denotasi dan makna konotasi.
Mempunyai kata denotasi (lugas) mudah dipahami.

Mempunyai kata denotasi (lugas) dan konotasi (tidak lugas) tetapi mudah dipahami
4
Citraan
Dalam citraan antara puisi keduanya hampir sama
Pada bait pertama citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
“Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salembah
Sore itu”

Pada bait ketiga dan keempat citraan penglihatan, adapun kutipan puisinya adalah
“Tukang tenun batuk-batuk
kanak-kanak bertangisan-
Larat dan sengsara semata.
Kerja seumur hidup: apa dapat dihabiskan,
Lalu kekuburan si miskin”

5
Majas / Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa yang digunakan dalam kedua puisi diatas hampir sama, maka kami menggunakan majas atau gaya bahasa simbolik.
Simbolik, adapun kutipan dalam puisi karangan bunga adalah sebagai berikut :
“ini dari kami bertiga”
“pita hitam dari karangan bunga”

Simbolik, adapun kutipan dalam puisi semalam disuatu kampung adalah sebagai berikut :
Hawa kesak, asap rabuk penggergajian.
Kotoran meliput segala.

Kaki dan bangku kotor: sarang lawa-lawa
Penghias dinding.

6
Latar Belakang
Untuk latar belakang yang dapat kami ambil dari kedua drama tersebut jelas berbeda
Penyair memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang perjuangan-perjuangan kita yang relah berkorban mempertahankan negara kita.
Penyair memberikan atau mengingatkan kepada kita semua tentang berbagai pekerjaan manusia yang relah berkorban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

7
Amanat atau Pesan


Hendaklah kita selalu mengingat atau mengenang atas jasa pahlawan yang relah berkorban untuk negara.
Hendaklah kita selalu bekerja keras dan mengetahui seberapa berat kita untuk mencari sesuap nasi, untuk mengambung hidup setiap hari. Selain itu kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa bekerja.
8
Tujuan
Untuk mengingatkan kita kembali atau mengulang para pahlawan yang telah gugur. Dan mengenang seberapa berat orang tua kita untuk mencari sesuap nasi dan seberapa beratnya dia membanting tulangnya untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari

7
Bentuk

Puisi di atas terdiri dari dua bait. Bait pertama terdiri dari empat larik dan bait kedua terdiri dari lima larik dan puisinya merupakan.kisah tentang perjuangan warga negara sampai akhirnya meninggal demi memperjuangkan haknya
Puisi di atas terdiri dari dua bait, masing – masing terdiri 2 baris saja.


























DERAI-DERAI CEMARA
Karya Chairil Anwar


Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda-nunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta dan sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
















ANALISIS
DERAI-DERAI CEMARA
Analisis aspek monolog dan tipografik, subjek lirik dan stilisasi diri, sintatik logik dan semantic ritmik, dan pengungkapan tak langsung dalam puisi Derai-derai cemara.
  1. Monolog dan Tipografik
-          Monolog
Yaitu, berbicara dan dimana hanya ada seorang yang berbicara, dan secara keseluruhan dari puisi ini adalah monolog, karena si penyair seperti berbicara sendiri didalam puisi ini. Dan membaca puisi juga termasuk monolog.
-          Tipografik
Sajak ini terdiri dari 3 bait, setiap baitnya terdiri dari 4 larik. Ketiga bait ini memilki tipografi dengan 4 larik setiap baitnya. Pengutaraan sajak ini pun tampak tertib dan tenang: masing-masing bait sepenuhnya menggunakan rima a-b-a-b. Dari gambaran di atas, tampak jelas bahwa dari bait I sampai bait III hadir dengan tipografi lurus dan struktur yang teratur dengan pola rima a-b-a-b, tetapi tidak sama dengan pantun. Tidak ada sampiran, semua larik digunakan oleh penyair sebagai sarana pengantar kepuitisan. Kata dalam sajak ini kebanyakan diisi dengan simbol, citraan, gaya bahasa, dan sarana puitis. Sarana puitik inilah yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan hidupnya yang semakin lemah.
  1. Subjek lirik dan stilisasi diri
-          Subjek lirik
yaitu pada larik 6 “sudah beberapa waktu bukan kanak lagi”. Pada otak kita akan terbayang seorang anak-anak dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi, keseluruhan, bukanlah anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang dengan kata-kata pendukungnya, menunjukkan sikap kedewasaan. Ada hal-hal yang tak dapat dipecahkan atau diketahui, hingga ditunjukkannya dalam larik 8 “yang bukan dasar perhitungan kini”.
-          Stilisasi diri
Stilisasi diri adalah jarak atau hubungan antara lirik dengan penyairnya,
yaitu meyatakan telah membentuk suasana kedalaman dan kematangan dari kehidupan si penyair. Semuanya mengarah pada sebuah kepasrahan pada kehendak pencipta-Nya; kematian.,  Pandangan secara keseluruhan bait dapat disimpulkan bahwa penyair hadir sebagai Aku lirik dalam puisi ini.
  1. Sintatik logik dan semantic ritmik
-          Sintatik logic
Yaitu, kalimat yang logis dan memiliki struktur kalimat :
“Aku sekarang orangnya bisa tahan” Dalam bait tersebut tampak logis dan juga terdapat struktur kalimat, dengan membaca bait tersebut seseorang sudah bisa memaknai sendiri, apa yang terkandung dalam bait tersebut.
-          Semantik ritmik
Yaitu makna bunyi pada puisi. Dan makna bunyi yang ada pada puisi Derai-derai cemara adalah:
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Dalam bait tersebut terjadi pegulangan bunyi u dan a, yaitu kesimpulan yang diutarakan dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari masa lampau. Proses itu begitu cepat, sehingga ada yang tidak diucapkan, sesuatu yang tentunya menganjal di tenggorokan, sebelum pada akhirnya kita akan menyerah.
  1. Pengungkapan tak langsung
Ungkapan dalam puisi yang berbeda dengan makna sebenarnya :
“Cemara menderai sampai jauh”, “dipukul angin yang terpendam”, seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan, yaitu metafora dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan. misalnya malam yang biasanya diidentikkan dengan kesunyian, disangkal dengan suara-suara seperti, menderai dan dipukul.







Analisis dengan pendekatan Strata Norma Roman Ingarden
  1. Lapis bunyi
Lapis bunyi adalah semua satuan bunyi yang berdasarkan konvensi bahasa tertentu (bahasa Indonesia),hanya saja dalam puisi Derai-derai cemara ini ditunjukan pada bunyi-bunyi yang bersifat khusus. misalnya pada bait:
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Dalam bait ini terdapat asonasi a dan i.karena pada umumnya dalam sajak itu bunyi-bunyi yang dominan adalah vocal suara a,I dan ,seperti pada bait tersebut yang difungsikan oleh penyair untuk menyatakan ketidakmampuan dia menghadapi kenyataan yang akan datang. Diksi tersebut sangat kental dengan aroma kematian dan kepasrahan. Karena, semula Chairil A. yang selalu menggunakan kata-kata yang bersemangat pada puisi-puisi sebelumnya, kini mulai menyadari akan arti hidup dan penyakitnya Tema pada puisi ini adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
  1. Lapis arti
Bait pertama
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Yang artinya adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Bait kedua
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Yang artinya dengan skemata yang ada pada otak kita akan terbayang seorang anak-anak dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi, secara keseluruhan bait 2, bukanlah anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang dengan kata-kata pendukungnya, menunjukkan sikap kedewasaan “Aku” lirik
Bait ketiga
Hidup hanya menunda-nunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta dan sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Pada bait ini terasa kental sekali “aroma kematian” dan kepasrahan dari si Aku lirik. Isi dalam puisi ini, sangat patut kita renungkan sebagai nasihat dan pepatah hidup kita. Seperti, kata-kata hidup hanya menunda kekalahan telah menjadi semacam pepatah dan terasa tidak asing di telinga kita. Kiasan kekalahan sangat menarik untuk diperhitakan; padahal yang kita kenal selama ini adalah hidup hanya menunda kemenangan. Kekalahan adalah simbol dari kepasrahan dan sangat kental dengan aroma kematian
  1. Lapis objek
Objek objek yang ada dalam puisi ini adalah : aku, pohon cemara, angin, dahan, cinta, dan sekolah.
Pelaku atau tokoh : aku
Latar waktu : malam hari
Latar tempat : rumah
“Hidup hanya menunda kekalahan….” semacam kesimpulan yang diutarakan dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari masa lampau
  1. Lapis dunia
Bait pertma kalau dikaitkan dengan larik-larik sebelumnya, seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan si Aku yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan, yaitu bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan; telah dimanfaatkan si penyair untuk sebuah proses kematangan
Bait kedua dan ketiga Kata 'teraslng' mengandung rasa terpenoil, menunjukkan rasa keterasingan; sedangkan kata 'jauh' menunjukkan jarak yaitu angan-angan masa kanak-kanak yang cemerlang penuh harapan di masa yang akan datang, tetapi kenyataannya hidup ini penuh penderitaan. Sehingga kata jauh lebih tepat daripada kata terasing.
Demikianlah, diksi/pilihan kata sungguh dicermati pengarang untuk menghasilkan kata berjiwa. Maka analisis terhadap pilihan kata pengarang akan sangat membantu pemahaman sebuah puisi.
  1. LAPIS METAFISIS
Pada puisi ini adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.




























ODE ATAS KEMATIAN PUSJKIN

“Ayoh kamu, turunan yang angkuh dan tidak bermalu
Kaulumuri nama baik bapak-bapakmu,
Kamu, yang terdampar kemari tidak punya apa-apa
Selain kepingan nama yang agung diselamatkan kesempatan
Kamu, khalayak lapar yang berkerumun sekitar mahkota
Algojo kemerdekaan, orang ulung, dan kemegahan
Kamu bersembunyi di balik lindungan undang-undang
Di depan kamu, hukum dan keadilan diharuskan bisu!
Tetapi wahai lintah darat, bagimu menanti kadar Tuhan
Suatu putusan yang menyeramkan
Tidakkah dapat ia kaucapai dengan emas berderingan
Yang tahu segala muslihatmu sebelumnya, bahkan juga segala perbuatan
Dan sia-sialah kamu memanggil saksi mati
Yang haram yang menolongmu lagi;
Juga tidak dengan segala noda darahmu yang membeku
Kamu akan menghapus darah – pujangga yang suci.”















ANALISIS PUISI
ODE ATAS KEMATIAN PUSJKIN
Karya Mikhail Yuryawitj Lermontow
A.    Unsur Intrinsik
  1. Tema
Dalam puisi Ode Atas Kematian Pusjkin kita dapat mengambil tema  “Hukum rakyat kecil yang tidak bersalah”

  1. Diksi
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi, selain itu pilihan katanya sudah sesuai.

  1. Majas
Majar yang digunakan dalam puisi Ode Atas Kematian Pusjkin  adalah Majas Personifikasi  adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah
Algojo kemerdekaan, orang ulung, dan kemegahan
Kamu bersembunyi di balik lindungan undang-undang
Di depan kamu, hukum dan keadilan diharuskan bisu!
Tetapi wahai lintah darat, bagimu menanti kadar Tuhan

  1. Amanat
Amanat yang kita bisa ambil dari puisi Karawang Bekasi adalah
a.       Kita harus selalu berjuang menghadapi apa yang menjadi cobaan
b.      Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
c.       Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.

1 komentar: